Kebahagiaan yang Tiada
Habisnya
Hari pertama tahun ajaran baru. Setelah libur yang
lumayan agak lama, aku masuk sekolah. Aku bersekolah di SMP Negeri 7 Bogor.
Tepat pada hari itu, kami semua murid dikumpulkan dilapangan untuk pembagian
kelas. Pada hari itu, kebetulan sekali cuacanya sangat panas. Dan aku
sendirian, karena teman-temanku sedang mengorientasi murid-murid baru SMP 7.
Setelah guruku memberi pengumuman, tibalah saatnya
pembagian kelas. Tahun itu, aku sudah naik ke kelas 9. Aku sangat serius sekali
memperhatikannya. Kemudian, disebutlah kelas sembilan empat. Amalia, Amany,
Anita, dan kemudian Anjani Eka Lestari. Disitu disebutkan namaku. Ya, aku
berada di kelas sembilan empat. Kelas dimana aku akan menghabiskan sisa satu
tahun terakhirku di SMP sebelum aku menjadi murid SMA. Setelah selesai
dibacakan semua, kami semua murid bersiap untuk ke kelas baru kami
masing-masing. Aku sampai di kelas sembilan empat. Kemudia kuhirup udara yang
berada di ruangan itu. “Harum orang-orang pintar disini, terlalu banyak
saingan”, ujarku dalam hati.
Disini, aku banyak berkenalan dengan teman baru
yang sudah tidak asing lagi kulihat. Di kelas ini, pertama kali aku akrab yaitu
dengan Annisa Restiany dan aku biasa memanggil dia dengan nama Ninis. Dalam
hatiku, aku selalu yakin kelas ini mempunyai potensi yang tinggi jika
dibandingkan kelas yang lainnya. Aku berharap, aku akan berhasil jika aku
berada di kelas ini.
Setelah beberapa hari berlalu, aku belajar di
kelas ini. Kelas yang masih penuh kecanggungan, masih ada batas pertemanan
didalamnya. Ya, jika bisa dibilang kelas ini masih rasis jika dalam masalah
memilih teman. Mungkin dikarenakan juga ada beberapa yang belum saling kenal.
Aku biasanya menyebut murid kelas ini dengan sebutan ‘pejuang’, iya, ‘pejuang
94’.
Sembilan empat memiliki pejuang sebanyak 41 orang
dengan satu pemimpin yaitu Ibu Siti Sundari. Kami sebagai pejuang di sembilan
empat memiliki tanggung jawab untuk membanggkan pemimpin kami. Itu merupakan
impian bagi kami, agar ketika kami sudah lulus dan sudah tidak menjadi pejuang
kami akan selalu dikenang dihati pemimpin kami.
Berhari-hari kami belajar di istana kami, kelas
sembilan empat. Dan kami, sudah tidak canggung lagi dalam masalah pertemanan.
Kami, sudah akrab dan sudah menyatu. Betapa indahnya, betapa bahagianya, betapa
menyenangkannya saat kita bersama di dalam satu istana. Berperang dengan
pelajaran bersama untuk memenuhi catatan harian kami dengan catatan ‘baik’.
Di kelas 9, aku banyak sekali dihadapi dengan tes
praktik. Praktik apapun. Dan kekompakan pertama sembilan empat terlihat pada
praktik mata pelajaran Seni dan Budaya. Setelah praktik itu, banyak juga
praktik-praktik dari mata pelajaran lain bermunculan. Seperti musikalisasi
puisi. Tetapi, pada akhir semester kami. Kami dikejutkan dengan diberinya kami
tugas yaitu mengadakan pensi untuk Ujian Tengah Semester mata pelajaran Seni
dan Budaya.
Dan kami para pejuang, menyetujui akan hal itu.
Setelah para pejuang berunding tentang hal itu, diputuskanlah pentas seni kami
yang bertema “RAINBOW’ yang akan dilaksanakan pada 17 Februari 2012. Dengan
menampilkan banyak sekali pertunjukkan, yaitu ansambel, paduan suara, tari
tradisional, tari modern, kolaborasi akustik, drama musikal, duet guitaris,
penyanyi solo, dan yang terakhir menonton film tayangan slide.
Hari-hari kami berlalu dengan diiringi rasa lelah
untuk persiapan pensi. Hampir setiap hari kami pulang sore untuk latihan.
Mempersiapkan semuanya agar saat hari dilaksanakannya semua terlihat sempurna
dan meriah. Sempat ada konflik diantara kami, akibat perbedaan pendapat. Tapi
itu semua dapat kami lewati dengan pikiran yang dingin dan rasa kekeluargaan
kami terhadap sembilan empat.
Setelah beberapa hari berlalu seiring dengan
hampir setiap hari kami latihan. 17 Februari itu pun tiba. Pentas seni kami
yang bertemakan “RAINBOW” itu akhirnya dilaksanakan. Tempatnya di aula SMPN 7
dan dimulai pukul 13:00. Banyak sekali penonton pada hari itu. Dimulai dari
ansambel, paduan suara, tari tradisional, tari modern, kolaborasi akustik,
drama musikal, duet guitaris, sampai menonton film kami pertontonkan.
Membutuhkan 4 jam untuk mempertontonkan itu semua. Dan akhirnya pentas seni itu
selesai dan mendarat dengan berhasil jika diibaratkan sebuah pesawat.
Membanggakan
sekali semuanya. Semua kesedihan dan keresahan didalam hati kami semua hilang
begitu saja. Kami bahagia disini. Penontonpun merasa sangat terhibur. Ini semua
karena perjuangan kami. Ya, perjuangan para pejuang sembilan empat yang begitu
besar. Dan setelah itu, banyak sekali prestasi yang sembilan empat dapatkan.
Hingga pada akhirnya kelas kami mendapat julukan sebagai “Kelas Unggulan”. Dan
aku..... Aku sangat bangga sekali berada di kelas ini.
Sembilan
empat. Telah mengajarkanku banyak hal. Aku disini mengerti akan semua arti
perjuangan itu. Disini, aku mengerti arti pertemanan dan persahabatan yang
sejati. Dan disini juga, aku mengerti akan kerasnya kehidupan di sekolah.
Berjuang hanya untuk mendapatkan angka yang sangat berarti. Dan yang terakhir
dan yang terpenting kami semua lulus dengan hasil yang sangat memuaskan.
Terima
kasih para pejuang sembilan empat, terima kasih Ibu Siti Sundari, terima kasih
guru-guru SMPN 7, terima kasih warga SMPN7, dan yang terakhir terima kasih SMP Negeri
7 Bogor. Karena kalian semua,
kehidupanku ditahun terakhir aku di SMP menjadi lebih berarti dan berwarna. Dan
aku berjanji aku tidak akan melupakan semua yang telah terjadi. Dan hidupku
saat ini menjadi lebih bijak dibanding hari dimana aku belum mengenal kalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar