Kamis, 11 April 2013

冗談


Kebahagiaan yang Tiada Habisnya
Karya : Anjani Eka Lestari





Hari pertama tahun ajaran baru. Setelah libur yang lumayan agak lama, aku masuk sekolah. Aku bersekolah di SMP Negeri 7 Bogor. Tepat pada hari itu, kami semua murid dikumpulkan dilapangan untuk pembagian kelas. Pada hari itu, kebetulan sekali cuacanya sangat panas. Dan aku sendirian, karena teman-temanku sedang mengorientasi murid-murid baru SMP 7.
Setelah guruku memberi pengumuman, tibalah saatnya pembagian kelas. Tahun itu, aku sudah naik ke kelas 9. Aku sangat serius sekali memperhatikannya. Kemudian, disebutlah kelas sembilan empat. Amalia, Amany, Anita, dan kemudian Anjani Eka Lestari. Disitu disebutkan namaku. Ya, aku berada di kelas sembilan empat. Kelas dimana aku akan menghabiskan sisa satu tahun terakhirku di SMP sebelum aku menjadi murid SMA. Setelah selesai dibacakan semua, kami semua murid bersiap untuk ke kelas baru kami masing-masing. Aku sampai di kelas sembilan empat. Kemudia kuhirup udara yang berada di ruangan itu. “Harum orang-orang pintar disini, terlalu banyak saingan”, ujarku dalam hati.
Disini, aku banyak berkenalan dengan teman baru yang sudah tidak asing lagi kulihat. Di kelas ini, pertama kali aku akrab yaitu dengan Annisa Restiany dan aku biasa memanggil dia dengan nama Ninis. Dalam hatiku, aku selalu yakin kelas ini mempunyai potensi yang tinggi jika dibandingkan kelas yang lainnya. Aku berharap, aku akan berhasil jika aku berada di kelas ini.
Setelah beberapa hari berlalu, aku belajar di kelas ini. Kelas yang masih penuh kecanggungan, masih ada batas pertemanan didalamnya. Ya, jika bisa dibilang kelas ini masih rasis jika dalam masalah memilih teman. Mungkin dikarenakan juga ada beberapa yang belum saling kenal. Aku biasanya menyebut murid kelas ini dengan sebutan ‘pejuang’, iya, ‘pejuang 94’.
Sembilan empat memiliki pejuang sebanyak 41 orang dengan satu pemimpin yaitu Ibu Siti Sundari. Kami sebagai pejuang di sembilan empat memiliki tanggung jawab untuk membanggkan pemimpin kami. Itu merupakan impian bagi kami, agar ketika kami sudah lulus dan sudah tidak menjadi pejuang kami akan selalu dikenang dihati pemimpin kami.
Berhari-hari kami belajar di istana kami, kelas sembilan empat. Dan kami, sudah tidak canggung lagi dalam masalah pertemanan. Kami, sudah akrab dan sudah menyatu. Betapa indahnya, betapa bahagianya, betapa menyenangkannya saat kita bersama di dalam satu istana. Berperang dengan pelajaran bersama untuk memenuhi catatan harian kami dengan catatan ‘baik’.
Di kelas 9, aku banyak sekali dihadapi dengan tes praktik. Praktik apapun. Dan kekompakan pertama sembilan empat terlihat pada praktik mata pelajaran Seni dan Budaya. Setelah praktik itu, banyak juga praktik-praktik dari mata pelajaran lain bermunculan. Seperti musikalisasi puisi. Tetapi, pada akhir semester kami. Kami dikejutkan dengan diberinya kami tugas yaitu mengadakan pensi untuk Ujian Tengah Semester mata pelajaran Seni dan Budaya.
Dan kami para pejuang, menyetujui akan hal itu. Setelah para pejuang berunding tentang hal itu, diputuskanlah pentas seni kami yang bertema “RAINBOW’ yang akan dilaksanakan pada 17 Februari 2012. Dengan menampilkan banyak sekali pertunjukkan, yaitu ansambel, paduan suara, tari tradisional, tari modern, kolaborasi akustik, drama musikal, duet guitaris, penyanyi solo, dan yang terakhir menonton film tayangan slide.
Hari-hari kami berlalu dengan diiringi rasa lelah untuk persiapan pensi. Hampir setiap hari kami pulang sore untuk latihan. Mempersiapkan semuanya agar saat hari dilaksanakannya semua terlihat sempurna dan meriah. Sempat ada konflik diantara kami, akibat perbedaan pendapat. Tapi itu semua dapat kami lewati dengan pikiran yang dingin dan rasa kekeluargaan kami terhadap sembilan empat.
Setelah beberapa hari berlalu seiring dengan hampir setiap hari kami latihan. 17 Februari itu pun tiba. Pentas seni kami yang bertemakan “RAINBOW” itu akhirnya dilaksanakan. Tempatnya di aula SMPN 7 dan dimulai pukul 13:00. Banyak sekali penonton pada hari itu. Dimulai dari ansambel, paduan suara, tari tradisional, tari modern, kolaborasi akustik, drama musikal, duet guitaris, sampai menonton film kami pertontonkan. Membutuhkan 4 jam untuk mempertontonkan itu semua. Dan akhirnya pentas seni itu selesai dan mendarat dengan berhasil jika diibaratkan sebuah pesawat.
            Membanggakan sekali semuanya. Semua kesedihan dan keresahan didalam hati kami semua hilang begitu saja. Kami bahagia disini. Penontonpun merasa sangat terhibur. Ini semua karena perjuangan kami. Ya, perjuangan para pejuang sembilan empat yang begitu besar. Dan setelah itu, banyak sekali prestasi yang sembilan empat dapatkan. Hingga pada akhirnya kelas kami mendapat julukan sebagai “Kelas Unggulan”. Dan aku..... Aku sangat bangga sekali berada di kelas ini.
      Sembilan empat. Telah mengajarkanku banyak hal. Aku disini mengerti akan semua arti perjuangan itu. Disini, aku mengerti arti pertemanan dan persahabatan yang sejati. Dan disini juga, aku mengerti akan kerasnya kehidupan di sekolah. Berjuang hanya untuk mendapatkan angka yang sangat berarti. Dan yang terakhir dan yang terpenting kami semua lulus dengan hasil yang sangat memuaskan.
            Terima kasih para pejuang sembilan empat, terima kasih Ibu Siti Sundari, terima kasih guru-guru SMPN 7, terima kasih warga SMPN7, dan yang terakhir terima kasih SMP Negeri  7 Bogor. Karena kalian semua, kehidupanku ditahun terakhir aku di SMP menjadi lebih berarti dan berwarna. Dan aku berjanji aku tidak akan melupakan semua yang telah terjadi. Dan hidupku saat ini menjadi lebih bijak dibanding hari dimana aku belum mengenal kalian.
    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar